Sharing Bareng Kang Sulis merupakan sebuah blogger yang berisikan tema Pendidikan.. Apabila ada kesamaan isi blog dengan blog lain dan ketidaksesuaian upload file kami mohon maaf.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Eko Sulistiyanto

Foto ini diambil pada saat Lokakarya Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Boyolali

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 20 Mei 2022

3.2.a.6. Refleksi Terbimbing - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Selamat datang kembali Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak pada modul ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’. Pada pembelajaran kali ini, Anda masuk pada sesi Refleksi Terbimbing. Kegiatan pada pembelajaran ini meminta Anda untuk merefleksikan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Untuk mengawali refleksi, mari kita simak beberapa pertanyaan pemantik berikut ini.

TAGIHAN

  1. Tulisan reflektif yang menjawab pertanyaan-pertanyaan 
  2. Hasil karya berupa kata yang bisa mewakilkan tulisan reflektif tersebut.

Jawaban 

1. Apa yang menarik dari proses dan hasil pemetaan tentang sumber daya di daerah untuk sekolah Anda?

Hal yang menarik dari proses identifikasi dan hasil Pemetaan tentang sumber daya di daerah untuk sekolah adalah ternyata di daerah Kecamatan Boyolali banyak sekali modal aset yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk mendorong dan memajukan sekolah, namun sayang sekali aset tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh sekolah sekitar. Dari hasil pemetaan tersebut saya juga mendapatkan pencerahan dan ide gagasan dalam memanfaatkan aset-aset daerah untuk mendukung proses pembelajaran disekolah.

2. Apakah pola pikir yang Anda pikirkan sebelum mempelajari modul ini? Apakah menggunakan pendekatan aset atau masalah?

Sebelum mempelajari modul ini saya dalam proses pembelajaran saya hanya berfokus pada lingkungan sekolah saja dan lebih fokus pada pendekatan masalah tanpa melihat serta memanfaatkan aset-aset yang dimilii oleh daerah sekitar. Saya berfikir bahwa dengan memanfaatkan aset lingkungan sekolah saja masalah akan segera ter-atasi, tapi justru murid masis ada saja yang mengalami kendala.

3. Jika ada perubahan? Sebutkan apa perbedaannya dan mengapa itu berubah?

Banyak sekali perubahan yang saya alami setelah saya mempelajari modul 3.2 ini, dengan adanya pemetaan model aset ini dapat mengubah paradigma pola pikir saya dalam mengidentifikasi, memetakan dan memanfaatkan kekuatan dan kelebihan yang ada didaerah. Dengan melakukan pemetaan aset daerah ternyata banyak hal yang dimanfaatkan oleh sekolah untuk menunjang dalam proses pembelajaran. Bagi saya pribadi, saya mendapatkan banyak hal positif serta inspirasi yang bisa saya terapkan disekolah maupun di kehidupan sehari-hari untuk menggali  kekuatan atau potensi pada diri saya dan murid dalam memanfaatkan aset daerah sebagai pendukung sumber belajar.

4. Apa yang perlu Anda lakukan jika Anda dapat terus berpikir dengan pendekatan berbasis aset?

Yang perlu saya lakukan adalah selalu menerapkan pendekatan berbasis aset supaya dapat menciptakan proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi murid. Saya akan selalu melakukan pengembangan dan perubahan secara kontinue dalam menemukan potensi dan kekuatan murid dengan memanfaatkan secara optimal aset yang ada didaerah.

5. Buatlah satu gambar/simbol/kata yang bisa menggambarkan apa yang Anda rasakan saat ini terkait pembelajaran lalu diunggah ke dalam platform ini. (insert picture atau tautan)

Saya merasa senang, bersyukur, dan selalu berfikir positif  bahwa kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya dapat melakukan perubahan yang positif dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan modal aset yang ada didaerah. 😍😀

Rabu, 11 Mei 2022

3.2.a.4.2. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep

Selain menjawab pertanyaan pada kegiatan sebelumnya, Anda juga diminta untuk mengerjakan studi kasus di bawah ini. Hubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Studi kasus di bawah ini merupakan kejadian yang diambil dari pengalaman guru yang sebenarnya, namun kami mengganti nama guru, sekolah, atau daerah mana kasus ini terjadi. 

Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong. 

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp. 

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit. 

Pertanyaan

Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?

Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban : 

Saya melihat kasus Ibu Lilin, Beliau adalah guru di SMP Favorit yang memang notabenenya sekolah unggulan yang banyak diminati masyarakat dan masuk pun harus mengikuti seleski dan murid yang masuk adalah benar-benar anak pilihan. Menurut saya beliau selama ini sudah berada pada zona nyaman dimana dalam proses belajar mengajar murid-muridnya sangat patuh dan tertib bahkan semangat belajar murid yang tinggi, sehingga beliau sangat nyaman pembelajaran. Namun pada tahun ajaran baru setelah kegiatan PPDB dengan system Zonasi dan mendapatkan murid-murid heteroden dengan karakter dan kepandaian yang berbeda beliau merasa kesulitan dalam mengelola emosinya yang menyebabkan beliau menjadi mudah kesal dan marah-marah terhadap murid-muridnya yang tidak mengindahkan perintanya.

Jika saya menjadi Kepala Sekolah dan mengetahui akan sikap Bu Lilin, saya akan memanggil beliau untuk melakukan coaching untuk menggali kelebihan beliau untuk menemukan solusi atas apa yang dihadapi oleh Bu Lilin. Selain itu, saya akan memberikan pengertian bahwa setiap anak memiliki karakter, kemampuan dan pemahamana yang berbeda. Murid memilii tingkat kesiapan belajar, gaya belajar dan minat belajar yeng berbeda pula. Memotivasi, memberikan semangat kepada Bu Lilin untuk belajar menguasai dan mengelola emosionalnya dalam menyikapi chat WA murid serta perkataan guru lain.


Kasus 2
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. 

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban : 
Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menerima keputusan atau usulan yang direkomendasikan oleh Kepala Sekolah dan tidak menyia-nyiakan kesempatan atas kepercayaan serta harapan dari warga sekolah. Pak Pupur harus bisa membuktikan bahwa beliau mampu serta membuktikan bahwa beliau adalah sumber dan aset sekolah yang berkualitas untuk memajukan Pendidikan di Indonesia. 
Jika saya sebagai Kepala Sekolah saya akan melakukan coaching dengan Pak Pupur untuk menggali Kekuatan dan kelebihannya dalam menjadi pengawas sekolah, sehingga dapat memberikan perubahan positif terhadap ekosistem Pendidikan baik disekolah maupun Pendidikan di Indonesia.

Selasa, 10 Mei 2022

3.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Setelah kita membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, Ayo kita lihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik yang telah dicatat sebelumnya.  

Selanjutnya  silahkan jawab pertanyaan yang disajikan pada halaman berikutnya.


Mulai dari Diri

CGP diminta menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini untuk melihat sejauh mana pengetahuan peserta tentang materi kali ini.

1. Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah,  Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sangat bisa di terapkan disekolah. Karena pada prinsipnya sekolah merupakan sebuah ekosistem faktor biotik dan abiotik. Selain itu sekolah juga mempunyai 7 aset yang menjadi modal utama komunitas yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan / alam , modal finansial , modal politik dan modal agama dan budaya . Pendekatan PKBA juga memberi nilai lebih pada kapasitas, kemampuan , pengetahuan, jaringan dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. PKBA berpokus pada potensi aset / sumber daya yang dimiliki pada sebuah komunitas dan digerakan oleh seluruh pihak yang ada didalam komunitas tersebut. Dalam hal ini dapat diterapkan dilingkungan sekolah . PKBA sangat menekankan pada kemandirian pada suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada dalam diri mereka sendiri yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

2. Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

  • Sumber Daya Manusia seperti kepala sekolah, Guru, Murid, Orangtua/Wali Murid, Dunia Industri (DuDi) dan lain sebagainya
  • Sumber daya Fisik atau Sarana Prasarana
  • Sumber Daya Pengelolaan Keuangan 
  • Sumber Daya Informasi

3. Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Dalam pengelolaan sember daya disekolah sudah memulai dengan pendekatan PKBA walaupun belum maksimal. Dalam pemanfaatan aset masih ada aset utama yang belum dilibatkan. Selama ini  yang kita tahu bahwa aset sekolah itu hanya berupa lahan, bangunan fisik dan sarana prasarana praktik saja. ternyata sangat banyak modal aset yang dimiliki sekolah yang kita abaikan dan tidak dikelola karena ketidaktahuan bahwa hal itu merupakan aset sekolah. Dengan pendekatan PKBA ini sangatlah cocok diterapkan disekolah karena memanglah berfokus pada potensi ast/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

4. Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset?

Untuk mengelola aset dengan Pendekatan Pengelolaan Sekolah Berbasis Aset kita harus banyak belajar dan memahami kondisi detail, potensi apa yang akan dikembangkan pada setiap aset utama sekolah / tujuh aset utama sekolah. Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset yang dilakukan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sekolah dengan cara :

  • Fokus pada kekuatan / aset yang dimiliki 
  • Memotivasi dan mondorong komunitas untuk membemberdayakan aset yang dimiliki
  • Membayangkan masa depan
  • Memikirkan kesuksesan yang telah diraih dab kekuatan apa yang dimiliki untuk mencapai kesuksesan tersebut
  • Merancang sebuah rencana berdasarkan visi, misi dan kekuatan 
  • Melaksanakan Aksi yang sudah diprogramkan


Senin, 09 Mei 2022

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.1

Pengantar

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, kali ini kita masuk pada sesi pembelajaran 2, yaitu Eksplorasi Konsep Mandiri. Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda akan banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang pengelolaan sumber daya dan kemudian mendiskusikannya bersama dengan CGP lainnya pada Forum Diskusi. 

Pertanyaan Pemantik

Sebelum melakukan telaah materi, silakan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini :

  1. Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka  faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik?
  2. Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan?
  3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah? 
  4. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien?
  5. Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini?. Jelaskan!
  6. Seberapa efektif sumber daya sekolah yang kita miliki dalam mendukung kualitas pembelajaran di sekolah?. Jelaskan!
  7. Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid?
  8. Sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?

Tidak ada jawaban salah atau benar di sini, tuliskan di catatan kecil Anda sesuai dengan apa yang Anda pikirkan dan temukan saat ini. Kita akan mendiskusikan ulang semua jawaban pada forum diskusi.


Sekolah Sebagai Ekosistem

Sebelum  mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak tayangan Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut.


    Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

    JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:
  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana

Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)

Sebelum mempelajari tentang Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking) silahkan menyimak tayangan Video berikut.


Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Sejarah singkat pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development

    Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).  

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.  Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. 

PKBA sebagai Pendekatan yang Dibantu oleh Pihak Luar

        Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar.  Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai.  Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat.  Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. 
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. 
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan. 
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah. 
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus. 
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif. 
Aset – aset dalam sebuah komunitas

    Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .

    Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia
  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
  • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

2. Modal Sosial
  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
 3. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
  • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
 4. Modal Lingkungan/alam
  • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
  • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
 5. Modal Finansial
  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
  • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
  • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
 6. Modal Politik
  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
 7. Modal Agama dan budaya
  • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
  • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
  • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
  • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
  • Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Studi Kasus 1
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak silakan menyimak video berikut ini


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah Anda menonton dan menyimak video yang menunjukkan suasana rapat guru dan kepala sekolah yang berbasis masalah/kekurangan dengan berbasis aset, jawablah pertanyaan berikut.

Selama kita berada di sekolah, pada saat rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal kekuatan yang dimiliki oleh sekolah?

Studi kasus 2
Simak kembali video berikut dan jawablah pertanyaan yang menyertainya


Selama kita berada di sekolah, apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru lainnya atau Kepala Sekolah, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid kita?

Minggu, 08 Mei 2022

Modul 3 - Jurnal Refleksi Mingguan

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).

Dalam pembelajaran daring pada Pendidikan Guru Penggerak, jurnal yang ditulis setiap minggu ini menjadi media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah dilakukan. Dengan memiliki rekam jejak yang berkelanjutan seperti ini, Anda akan terdorong untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang Anda latih dan uji cobakan. Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Anda dapat semakin mengenali diri sendiri.

Sama halnya dengan keterampilan lainnya, menulis jurnal refleksi pun perlu latihan dan pembiasaan agar dapat dirasakan manfaatnya. Pada awalnya, mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam tulisan. Karena itu, untuk membantu Anda, kami memberi contoh bagaimana refleksi yang baik, walaupun ditulis secara singkat. 

Pada tautan dibawah ini disajikan beberapa model refleksi yang dapat Anda gunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di setiap model tersebut berfungsi untuk memandu Anda dalam mencurahkan isi pikiran dan perasaan Anda. Tuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam bentuk paragraf (tidak dalam poin-poin bernomor). Cobalah untuk memvariasikan model yang berbeda di setiap minggunya. 

3.1.a.10.1. Jurnal Refleksi - Minggu 17

3.1.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 18

3.1.a.10.3. Jurnal Refleksi - Minggu 19

3.2.a.3 - Mulai Dari Diri

 1. Ingatlah kembali sosok pemimpin yang pernah Anda tahu selama berprofesi sebagai guru, seperti apakah sosok pemimpin yang Anda ingat itu? Hal apa yang paling Anda ingat dari sosok pemimpin tersebut?

Sosok pemimpin yang saya temui  selama menjadi guru dan mengajar di SMK adalah Beliau Bapak Kepala sekolah sangat sabar dan mengayomi semua warga sekolah. beliau mempunyai sikap merakyat, tidak pernah membeda-bedakan warga sekolah, dari tukang kebun, penjaga sekolah, TU, Guru semua dirangkul. Dalam kepemimpinnya sebelum beliau memberikan perintah selalu memberikan contoh terlebih dahulu. 

2. Setelah mengingat sosok pemimpin yang Anda tahu, menurut Anda pribadi seperti apakah sosok pemimpin yang ideal? Apa saja sebetulnya tugas seorang pemimpin?

Menurut saya pemimpin yang ideal dimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai suatu tujuan organisasi. Seorang pemimpin haruslah mampu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan serta kegiatan organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain baik itu secara individual maupun kelompok.

3. Masih ingatkah kita apa yang dimaksud dengan ekosistem saat belajar Biologi dulu?  Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem, apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah? Tuliskan pada kolom di bawah ini.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi ekosistem disekolah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor Internal berasal dari  pimpinan, guru, siswa, komite sekolah serta pendanaan. Sedangkan Faktor Eksternal berasal dari orangtua /wali murid, masyarakat, Dunia Industri dan Organisasi lain. Supaya regulasi ekosistem disekolah berjalan dengan lancar harus dilakukan komunikasi, kolaborasi dan koordinasi dari pihak internal dan eksternal.

4. Apa yang Anda ketahui tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah?  Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh sekolah?

Peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah dengan cara melakukan beberapa kegiatan seperti : 

  1. perencanaan, yang meliputi : melakukan rapat konsolidasi untuk menjelaskan tujuan dan fungsi penggabungan sehingga tidak terjadi permasalahan di kemudian hari, pembuatan RKS, penyusunan program kerja, dan pembagian tugas.
  2. pengorganisasian, meliputi: melanjutkan dan mengoptimalkan SDM yang sudah ada, peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
  3. pelaksanaan, meliputi: mengarahkan pendidik dan tenaga kependidikan agar memahami visi dan misi sekolah serta tujuan pembelajaran, memberikan contoh dan motivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya.
  4. pengawasan, meliputi: melakukan supervisi pendidikan dan mengupayakan selalu berada di dua gedung sekolah serta rutin
  5. evaluasi, meliputi: melakukan penilaian kinerja yang mengacu pada dua kompenen penilaian yakni kepribadian guru dan proses belajar mengajar.

5. Bagaimana Anda menggambarkan posisi diri Anda dalam ekosistem sekolah? Berikanlah gambaran diri Anda dengan menyebutkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengelolaan sumber daya sekolah.

Posisi saya dalam ekosistem sekolah adalah terlibat aktif dalam pengembangan potensi murid, memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk kemajuan murid, membangun hubungan baik dengan pimpinan, komite sekolah, guru lain, tenaga kependidikan, dan murid, serta memberikan pengaruh positif dalam pengembangan sekolah.

Kekuatan yang saya miliki adalah mampu menggunakan sumber daya secara optimal untuk mengembangkan potensi murid dan mampu memunculkan ide-ide pengadaan dan pemanfaatan sumber daya. Kelemahan yang saya miliki adalah dalam menggerakkan organisasi sekolah dalam pemanfaatan sumber daya, belum bisa bergerak secara sinergi dengan semua komponen.


6. Apa saja harapan pada diri Anda sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini?

Diri Sendiri : Menjadi seorang pendidik yang mampu memaksimalkan sumber daya sekolah yang ada, mampu melaksanakan dan memaksimalkan potensi diri, lingkungan pada proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan.

Murid : adanya perubahan dan peningkatan sumberdaya yang ada disekolah sehingga mampu mengantar murid mencapai tujuannya dalam pengembangan pengetahuan, skill dan karakternya.

Sekolah : mampu mengola dan memaksimalkan sumber daya yang efektif demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional.


7. Apa saja kegiatan. Materi, manfaat, yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Materi yang saya harapkan pada materi ini adalah bagaimana cara dan strategi dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dalam dunia pendidikan

Manfaatyang saya harapkan yaitu saya dapat melakukan identifikasi potensi kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah dan mampu memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan sebaik-baiknya untuk menunjang proses pembelajaran


Senin, 25 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert


  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Untuk menunjukkan pemahaman Anda akan kaitan antarmateri ini anda akan membuat rangkuman yang menunjukkan koneksi antarmateri.

  • Buatlah sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Anda sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
  • Anda dapat memilih bentuk rangkuman kesimpulan Anda dengan cara:

  • menulis sebuah blog dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda, atau
  • bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya.

  • Silakan kirim tautan blog/bahan presentasi yang dimuat di media sosial di blog yang disediakan.
  • Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda dapat membuat blog atau bahan presentasi kemudian unggah hasil tulisn Anda di Blog yang telah disediakan.
  • Anda pun dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda. Akan lebih baik, bila bentuk rangkuman kesimpulan Anda dapat mengundang pihak luar untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.
  • Jangan lupa akan tenggat waktu (Hari/Tanggal/Waktu) yang telah ditentukan
  • Di bawah ini ada berbagai pertanyaan panduan yang bisa membantu Anda merangkum pemahaman Anda:

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Tugas

Link Upload pada Google Drive, Disini