Sharing Bareng Kang Sulis merupakan sebuah blogger yang berisikan tema Pendidikan.. Apabila ada kesamaan isi blog dengan blog lain dan ketidaksesuaian upload file kami mohon maaf.

Rabu, 11 Mei 2022

3.2.a.4.2. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep

Selain menjawab pertanyaan pada kegiatan sebelumnya, Anda juga diminta untuk mengerjakan studi kasus di bawah ini. Hubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Studi kasus di bawah ini merupakan kejadian yang diambil dari pengalaman guru yang sebenarnya, namun kami mengganti nama guru, sekolah, atau daerah mana kasus ini terjadi. 

Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong. 

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp. 

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit. 

Pertanyaan

Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?

Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban : 

Saya melihat kasus Ibu Lilin, Beliau adalah guru di SMP Favorit yang memang notabenenya sekolah unggulan yang banyak diminati masyarakat dan masuk pun harus mengikuti seleski dan murid yang masuk adalah benar-benar anak pilihan. Menurut saya beliau selama ini sudah berada pada zona nyaman dimana dalam proses belajar mengajar murid-muridnya sangat patuh dan tertib bahkan semangat belajar murid yang tinggi, sehingga beliau sangat nyaman pembelajaran. Namun pada tahun ajaran baru setelah kegiatan PPDB dengan system Zonasi dan mendapatkan murid-murid heteroden dengan karakter dan kepandaian yang berbeda beliau merasa kesulitan dalam mengelola emosinya yang menyebabkan beliau menjadi mudah kesal dan marah-marah terhadap murid-muridnya yang tidak mengindahkan perintanya.

Jika saya menjadi Kepala Sekolah dan mengetahui akan sikap Bu Lilin, saya akan memanggil beliau untuk melakukan coaching untuk menggali kelebihan beliau untuk menemukan solusi atas apa yang dihadapi oleh Bu Lilin. Selain itu, saya akan memberikan pengertian bahwa setiap anak memiliki karakter, kemampuan dan pemahamana yang berbeda. Murid memilii tingkat kesiapan belajar, gaya belajar dan minat belajar yeng berbeda pula. Memotivasi, memberikan semangat kepada Bu Lilin untuk belajar menguasai dan mengelola emosionalnya dalam menyikapi chat WA murid serta perkataan guru lain.


Kasus 2
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. 

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban : 
Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menerima keputusan atau usulan yang direkomendasikan oleh Kepala Sekolah dan tidak menyia-nyiakan kesempatan atas kepercayaan serta harapan dari warga sekolah. Pak Pupur harus bisa membuktikan bahwa beliau mampu serta membuktikan bahwa beliau adalah sumber dan aset sekolah yang berkualitas untuk memajukan Pendidikan di Indonesia. 
Jika saya sebagai Kepala Sekolah saya akan melakukan coaching dengan Pak Pupur untuk menggali Kekuatan dan kelebihannya dalam menjadi pengawas sekolah, sehingga dapat memberikan perubahan positif terhadap ekosistem Pendidikan baik disekolah maupun Pendidikan di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar