Sharing Bareng Kang Sulis merupakan sebuah blogger yang berisikan tema Pendidikan.. Apabila ada kesamaan isi blog dengan blog lain dan ketidaksesuaian upload file kami mohon maaf.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Eko Sulistiyanto

Foto ini diambil pada saat Lokakarya Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Boyolali

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 20 Mei 2022

3.2.a.6. Refleksi Terbimbing - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Selamat datang kembali Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak pada modul ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’. Pada pembelajaran kali ini, Anda masuk pada sesi Refleksi Terbimbing. Kegiatan pada pembelajaran ini meminta Anda untuk merefleksikan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Untuk mengawali refleksi, mari kita simak beberapa pertanyaan pemantik berikut ini.

TAGIHAN

  1. Tulisan reflektif yang menjawab pertanyaan-pertanyaan 
  2. Hasil karya berupa kata yang bisa mewakilkan tulisan reflektif tersebut.

Jawaban 

1. Apa yang menarik dari proses dan hasil pemetaan tentang sumber daya di daerah untuk sekolah Anda?

Hal yang menarik dari proses identifikasi dan hasil Pemetaan tentang sumber daya di daerah untuk sekolah adalah ternyata di daerah Kecamatan Boyolali banyak sekali modal aset yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk mendorong dan memajukan sekolah, namun sayang sekali aset tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh sekolah sekitar. Dari hasil pemetaan tersebut saya juga mendapatkan pencerahan dan ide gagasan dalam memanfaatkan aset-aset daerah untuk mendukung proses pembelajaran disekolah.

2. Apakah pola pikir yang Anda pikirkan sebelum mempelajari modul ini? Apakah menggunakan pendekatan aset atau masalah?

Sebelum mempelajari modul ini saya dalam proses pembelajaran saya hanya berfokus pada lingkungan sekolah saja dan lebih fokus pada pendekatan masalah tanpa melihat serta memanfaatkan aset-aset yang dimilii oleh daerah sekitar. Saya berfikir bahwa dengan memanfaatkan aset lingkungan sekolah saja masalah akan segera ter-atasi, tapi justru murid masis ada saja yang mengalami kendala.

3. Jika ada perubahan? Sebutkan apa perbedaannya dan mengapa itu berubah?

Banyak sekali perubahan yang saya alami setelah saya mempelajari modul 3.2 ini, dengan adanya pemetaan model aset ini dapat mengubah paradigma pola pikir saya dalam mengidentifikasi, memetakan dan memanfaatkan kekuatan dan kelebihan yang ada didaerah. Dengan melakukan pemetaan aset daerah ternyata banyak hal yang dimanfaatkan oleh sekolah untuk menunjang dalam proses pembelajaran. Bagi saya pribadi, saya mendapatkan banyak hal positif serta inspirasi yang bisa saya terapkan disekolah maupun di kehidupan sehari-hari untuk menggali  kekuatan atau potensi pada diri saya dan murid dalam memanfaatkan aset daerah sebagai pendukung sumber belajar.

4. Apa yang perlu Anda lakukan jika Anda dapat terus berpikir dengan pendekatan berbasis aset?

Yang perlu saya lakukan adalah selalu menerapkan pendekatan berbasis aset supaya dapat menciptakan proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi murid. Saya akan selalu melakukan pengembangan dan perubahan secara kontinue dalam menemukan potensi dan kekuatan murid dengan memanfaatkan secara optimal aset yang ada didaerah.

5. Buatlah satu gambar/simbol/kata yang bisa menggambarkan apa yang Anda rasakan saat ini terkait pembelajaran lalu diunggah ke dalam platform ini. (insert picture atau tautan)

Saya merasa senang, bersyukur, dan selalu berfikir positif  bahwa kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya dapat melakukan perubahan yang positif dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan modal aset yang ada didaerah. 😍😀

Rabu, 11 Mei 2022

3.2.a.4.2. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep

Selain menjawab pertanyaan pada kegiatan sebelumnya, Anda juga diminta untuk mengerjakan studi kasus di bawah ini. Hubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Studi kasus di bawah ini merupakan kejadian yang diambil dari pengalaman guru yang sebenarnya, namun kami mengganti nama guru, sekolah, atau daerah mana kasus ini terjadi. 

Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong. 

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp. 

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit. 

Pertanyaan

Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?

Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban : 

Saya melihat kasus Ibu Lilin, Beliau adalah guru di SMP Favorit yang memang notabenenya sekolah unggulan yang banyak diminati masyarakat dan masuk pun harus mengikuti seleski dan murid yang masuk adalah benar-benar anak pilihan. Menurut saya beliau selama ini sudah berada pada zona nyaman dimana dalam proses belajar mengajar murid-muridnya sangat patuh dan tertib bahkan semangat belajar murid yang tinggi, sehingga beliau sangat nyaman pembelajaran. Namun pada tahun ajaran baru setelah kegiatan PPDB dengan system Zonasi dan mendapatkan murid-murid heteroden dengan karakter dan kepandaian yang berbeda beliau merasa kesulitan dalam mengelola emosinya yang menyebabkan beliau menjadi mudah kesal dan marah-marah terhadap murid-muridnya yang tidak mengindahkan perintanya.

Jika saya menjadi Kepala Sekolah dan mengetahui akan sikap Bu Lilin, saya akan memanggil beliau untuk melakukan coaching untuk menggali kelebihan beliau untuk menemukan solusi atas apa yang dihadapi oleh Bu Lilin. Selain itu, saya akan memberikan pengertian bahwa setiap anak memiliki karakter, kemampuan dan pemahamana yang berbeda. Murid memilii tingkat kesiapan belajar, gaya belajar dan minat belajar yeng berbeda pula. Memotivasi, memberikan semangat kepada Bu Lilin untuk belajar menguasai dan mengelola emosionalnya dalam menyikapi chat WA murid serta perkataan guru lain.


Kasus 2
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. 

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban : 
Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menerima keputusan atau usulan yang direkomendasikan oleh Kepala Sekolah dan tidak menyia-nyiakan kesempatan atas kepercayaan serta harapan dari warga sekolah. Pak Pupur harus bisa membuktikan bahwa beliau mampu serta membuktikan bahwa beliau adalah sumber dan aset sekolah yang berkualitas untuk memajukan Pendidikan di Indonesia. 
Jika saya sebagai Kepala Sekolah saya akan melakukan coaching dengan Pak Pupur untuk menggali Kekuatan dan kelebihannya dalam menjadi pengawas sekolah, sehingga dapat memberikan perubahan positif terhadap ekosistem Pendidikan baik disekolah maupun Pendidikan di Indonesia.

Selasa, 10 Mei 2022

3.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Setelah kita membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, Ayo kita lihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik yang telah dicatat sebelumnya.  

Selanjutnya  silahkan jawab pertanyaan yang disajikan pada halaman berikutnya.


Mulai dari Diri

CGP diminta menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini untuk melihat sejauh mana pengetahuan peserta tentang materi kali ini.

1. Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah,  Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sangat bisa di terapkan disekolah. Karena pada prinsipnya sekolah merupakan sebuah ekosistem faktor biotik dan abiotik. Selain itu sekolah juga mempunyai 7 aset yang menjadi modal utama komunitas yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan / alam , modal finansial , modal politik dan modal agama dan budaya . Pendekatan PKBA juga memberi nilai lebih pada kapasitas, kemampuan , pengetahuan, jaringan dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. PKBA berpokus pada potensi aset / sumber daya yang dimiliki pada sebuah komunitas dan digerakan oleh seluruh pihak yang ada didalam komunitas tersebut. Dalam hal ini dapat diterapkan dilingkungan sekolah . PKBA sangat menekankan pada kemandirian pada suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada dalam diri mereka sendiri yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

2. Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

  • Sumber Daya Manusia seperti kepala sekolah, Guru, Murid, Orangtua/Wali Murid, Dunia Industri (DuDi) dan lain sebagainya
  • Sumber daya Fisik atau Sarana Prasarana
  • Sumber Daya Pengelolaan Keuangan 
  • Sumber Daya Informasi

3. Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Dalam pengelolaan sember daya disekolah sudah memulai dengan pendekatan PKBA walaupun belum maksimal. Dalam pemanfaatan aset masih ada aset utama yang belum dilibatkan. Selama ini  yang kita tahu bahwa aset sekolah itu hanya berupa lahan, bangunan fisik dan sarana prasarana praktik saja. ternyata sangat banyak modal aset yang dimiliki sekolah yang kita abaikan dan tidak dikelola karena ketidaktahuan bahwa hal itu merupakan aset sekolah. Dengan pendekatan PKBA ini sangatlah cocok diterapkan disekolah karena memanglah berfokus pada potensi ast/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

4. Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset?

Untuk mengelola aset dengan Pendekatan Pengelolaan Sekolah Berbasis Aset kita harus banyak belajar dan memahami kondisi detail, potensi apa yang akan dikembangkan pada setiap aset utama sekolah / tujuh aset utama sekolah. Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset yang dilakukan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sekolah dengan cara :

  • Fokus pada kekuatan / aset yang dimiliki 
  • Memotivasi dan mondorong komunitas untuk membemberdayakan aset yang dimiliki
  • Membayangkan masa depan
  • Memikirkan kesuksesan yang telah diraih dab kekuatan apa yang dimiliki untuk mencapai kesuksesan tersebut
  • Merancang sebuah rencana berdasarkan visi, misi dan kekuatan 
  • Melaksanakan Aksi yang sudah diprogramkan


Senin, 09 Mei 2022

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.1

Pengantar

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, kali ini kita masuk pada sesi pembelajaran 2, yaitu Eksplorasi Konsep Mandiri. Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda akan banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang pengelolaan sumber daya dan kemudian mendiskusikannya bersama dengan CGP lainnya pada Forum Diskusi. 

Pertanyaan Pemantik

Sebelum melakukan telaah materi, silakan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini :

  1. Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka  faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik?
  2. Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan?
  3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah? 
  4. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien?
  5. Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini?. Jelaskan!
  6. Seberapa efektif sumber daya sekolah yang kita miliki dalam mendukung kualitas pembelajaran di sekolah?. Jelaskan!
  7. Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid?
  8. Sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?

Tidak ada jawaban salah atau benar di sini, tuliskan di catatan kecil Anda sesuai dengan apa yang Anda pikirkan dan temukan saat ini. Kita akan mendiskusikan ulang semua jawaban pada forum diskusi.


Sekolah Sebagai Ekosistem

Sebelum  mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak tayangan Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut.


    Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

    JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:
  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana

Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)

Sebelum mempelajari tentang Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking) silahkan menyimak tayangan Video berikut.


Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Sejarah singkat pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development

    Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).  

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

    Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.  Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. 

PKBA sebagai Pendekatan yang Dibantu oleh Pihak Luar

        Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar.  Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai.  Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat.  Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. 
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. 
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan. 
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah. 
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus. 
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif. 
Aset – aset dalam sebuah komunitas

    Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .

    Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia
  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
  • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

2. Modal Sosial
  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
 3. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
  • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
 4. Modal Lingkungan/alam
  • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
  • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
 5. Modal Finansial
  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
  • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
  • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
 6. Modal Politik
  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
 7. Modal Agama dan budaya
  • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
  • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
  • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
  • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
  • Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Studi Kasus 1
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak silakan menyimak video berikut ini


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah Anda menonton dan menyimak video yang menunjukkan suasana rapat guru dan kepala sekolah yang berbasis masalah/kekurangan dengan berbasis aset, jawablah pertanyaan berikut.

Selama kita berada di sekolah, pada saat rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal kekuatan yang dimiliki oleh sekolah?

Studi kasus 2
Simak kembali video berikut dan jawablah pertanyaan yang menyertainya


Selama kita berada di sekolah, apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru lainnya atau Kepala Sekolah, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid kita?

Minggu, 08 Mei 2022

Modul 3 - Jurnal Refleksi Mingguan

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).

Dalam pembelajaran daring pada Pendidikan Guru Penggerak, jurnal yang ditulis setiap minggu ini menjadi media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah dilakukan. Dengan memiliki rekam jejak yang berkelanjutan seperti ini, Anda akan terdorong untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang Anda latih dan uji cobakan. Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Anda dapat semakin mengenali diri sendiri.

Sama halnya dengan keterampilan lainnya, menulis jurnal refleksi pun perlu latihan dan pembiasaan agar dapat dirasakan manfaatnya. Pada awalnya, mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam tulisan. Karena itu, untuk membantu Anda, kami memberi contoh bagaimana refleksi yang baik, walaupun ditulis secara singkat. 

Pada tautan dibawah ini disajikan beberapa model refleksi yang dapat Anda gunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di setiap model tersebut berfungsi untuk memandu Anda dalam mencurahkan isi pikiran dan perasaan Anda. Tuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam bentuk paragraf (tidak dalam poin-poin bernomor). Cobalah untuk memvariasikan model yang berbeda di setiap minggunya. 

3.1.a.10.1. Jurnal Refleksi - Minggu 17

3.1.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 18

3.1.a.10.3. Jurnal Refleksi - Minggu 19

3.2.a.3 - Mulai Dari Diri

 1. Ingatlah kembali sosok pemimpin yang pernah Anda tahu selama berprofesi sebagai guru, seperti apakah sosok pemimpin yang Anda ingat itu? Hal apa yang paling Anda ingat dari sosok pemimpin tersebut?

Sosok pemimpin yang saya temui  selama menjadi guru dan mengajar di SMK adalah Beliau Bapak Kepala sekolah sangat sabar dan mengayomi semua warga sekolah. beliau mempunyai sikap merakyat, tidak pernah membeda-bedakan warga sekolah, dari tukang kebun, penjaga sekolah, TU, Guru semua dirangkul. Dalam kepemimpinnya sebelum beliau memberikan perintah selalu memberikan contoh terlebih dahulu. 

2. Setelah mengingat sosok pemimpin yang Anda tahu, menurut Anda pribadi seperti apakah sosok pemimpin yang ideal? Apa saja sebetulnya tugas seorang pemimpin?

Menurut saya pemimpin yang ideal dimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai suatu tujuan organisasi. Seorang pemimpin haruslah mampu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan serta kegiatan organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain baik itu secara individual maupun kelompok.

3. Masih ingatkah kita apa yang dimaksud dengan ekosistem saat belajar Biologi dulu?  Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem, apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah? Tuliskan pada kolom di bawah ini.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi ekosistem disekolah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor Internal berasal dari  pimpinan, guru, siswa, komite sekolah serta pendanaan. Sedangkan Faktor Eksternal berasal dari orangtua /wali murid, masyarakat, Dunia Industri dan Organisasi lain. Supaya regulasi ekosistem disekolah berjalan dengan lancar harus dilakukan komunikasi, kolaborasi dan koordinasi dari pihak internal dan eksternal.

4. Apa yang Anda ketahui tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah?  Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh sekolah?

Peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah dengan cara melakukan beberapa kegiatan seperti : 

  1. perencanaan, yang meliputi : melakukan rapat konsolidasi untuk menjelaskan tujuan dan fungsi penggabungan sehingga tidak terjadi permasalahan di kemudian hari, pembuatan RKS, penyusunan program kerja, dan pembagian tugas.
  2. pengorganisasian, meliputi: melanjutkan dan mengoptimalkan SDM yang sudah ada, peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
  3. pelaksanaan, meliputi: mengarahkan pendidik dan tenaga kependidikan agar memahami visi dan misi sekolah serta tujuan pembelajaran, memberikan contoh dan motivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya.
  4. pengawasan, meliputi: melakukan supervisi pendidikan dan mengupayakan selalu berada di dua gedung sekolah serta rutin
  5. evaluasi, meliputi: melakukan penilaian kinerja yang mengacu pada dua kompenen penilaian yakni kepribadian guru dan proses belajar mengajar.

5. Bagaimana Anda menggambarkan posisi diri Anda dalam ekosistem sekolah? Berikanlah gambaran diri Anda dengan menyebutkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengelolaan sumber daya sekolah.

Posisi saya dalam ekosistem sekolah adalah terlibat aktif dalam pengembangan potensi murid, memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk kemajuan murid, membangun hubungan baik dengan pimpinan, komite sekolah, guru lain, tenaga kependidikan, dan murid, serta memberikan pengaruh positif dalam pengembangan sekolah.

Kekuatan yang saya miliki adalah mampu menggunakan sumber daya secara optimal untuk mengembangkan potensi murid dan mampu memunculkan ide-ide pengadaan dan pemanfaatan sumber daya. Kelemahan yang saya miliki adalah dalam menggerakkan organisasi sekolah dalam pemanfaatan sumber daya, belum bisa bergerak secara sinergi dengan semua komponen.


6. Apa saja harapan pada diri Anda sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini?

Diri Sendiri : Menjadi seorang pendidik yang mampu memaksimalkan sumber daya sekolah yang ada, mampu melaksanakan dan memaksimalkan potensi diri, lingkungan pada proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan.

Murid : adanya perubahan dan peningkatan sumberdaya yang ada disekolah sehingga mampu mengantar murid mencapai tujuannya dalam pengembangan pengetahuan, skill dan karakternya.

Sekolah : mampu mengola dan memaksimalkan sumber daya yang efektif demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional.


7. Apa saja kegiatan. Materi, manfaat, yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Materi yang saya harapkan pada materi ini adalah bagaimana cara dan strategi dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dalam dunia pendidikan

Manfaatyang saya harapkan yaitu saya dapat melakukan identifikasi potensi kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah dan mampu memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan sebaik-baiknya untuk menunjang proses pembelajaran


Senin, 25 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert


  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Untuk menunjukkan pemahaman Anda akan kaitan antarmateri ini anda akan membuat rangkuman yang menunjukkan koneksi antarmateri.

  • Buatlah sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Anda sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
  • Anda dapat memilih bentuk rangkuman kesimpulan Anda dengan cara:

  • menulis sebuah blog dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda, atau
  • bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya.

  • Silakan kirim tautan blog/bahan presentasi yang dimuat di media sosial di blog yang disediakan.
  • Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda dapat membuat blog atau bahan presentasi kemudian unggah hasil tulisn Anda di Blog yang telah disediakan.
  • Anda pun dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda. Akan lebih baik, bila bentuk rangkuman kesimpulan Anda dapat mengundang pihak luar untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.
  • Jangan lupa akan tenggat waktu (Hari/Tanggal/Waktu) yang telah ditentukan
  • Di bawah ini ada berbagai pertanyaan panduan yang bisa membantu Anda merangkum pemahaman Anda:

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Tugas

Link Upload pada Google Drive, Disini

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Tahapan Demonstrasi Kontekstual ini merupakan wadah bagi Anda untuk menunjukkan pemahaman Anda mengenai keseluruhan materi. Anda diberi kesempatan untuk “membumikan” materi di modul ini dengan konteks lokal yang Anda hadapi. 

Apa saja bahan, alat atau pihak yang Anda butuhkan dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Dalam hal ini, kesempatan tersebut berupa jurnal monolog.

Anda diminta untuk membuat sebuah jurnal monolog (diskusi dengan diri sendiri). Jurnal ini dapat berupa blog-tulisan naratif maupun sebuah video atau audio yang merekam Anda menyampaikan sendiri konten berdurasi 3-5 menit, sesuai pertanyaan panduan berikut ini.

Panduan Pertanyaan/Guiding Questions:

  • Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
  • Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
  • Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
  • Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Upload Demostrasi Konstektual klik disini

Jumat, 22 April 2022

3.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Jawaban No 1: Pada kegiatan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya mendapatkan banyak pencerahan dan pemahaman. Menurut saya pribadi, Dilema  etika merupakan sebuah situasi yang terjadi Ketika seseorang hasus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi sangat bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan sebuah situasi yang terjadi Ketika seseorang harus membuat kkeputusan antara benar dan salah. Sebagai seorang pendidik, Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, maka akan muncul nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan, seperti : cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tangung jawab, dan penghargaan akan hidup yang disebut sebagai paradigma dalam pengambilan keputusan.

Secara umum paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ada 4 seperti di bawah ini:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Prinsip pengambilan keputusan ada tiga, yaitu

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) ditentukan dengan konsekuensi atau hasil dari suatu tindakan.
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) menentukan keputusan berdasarkan peraturan yang telah dibuat
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) prinsipnya “Lakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda." Dengan kepedulian terhadap sesama kita akan menjadi lebih peka dan bersimpati.

Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola.
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah dimana diri saya sendiri pada saat menghadapi situasi dilemma etika dalam mengambil keputusan saya lakukan terlalu terburu – buru tanpa menggunakan prinsip atau tahapan – tahapan dalam pengambilan keputusan, sehingga menyebabkan terfikir ulang setelah keputusan dilakukan dan diri saya merasa ketakutan dengan konsekuensi yang dihasilkan.

Jawaban no 2 : pengalaman saya dalam mengambil keputusan pada situasi dilema adalah Ketika saya mendapatkan perintah dari dua orang pemangku kepentingan yang memiliki pola pikir atau keinginan yang berbeda. Dimana orang A meminta saya melakukan tindakan sesuai dengan program kerja yang dibuat dan sesuai dengan SOP. Disisi lain Orang B meminta saya untuk melakukan tindakan yang menurut saya itu tidak sesuai dengan SOP dan bertentangan dengan pola pikir dan prinsip  saya. Saat itu saya bingung apa yang harus saya lakukan supaya tidak terjadi kesalahpahaman diantara dua pemangku kepentingan tersebut.

Jawaban no 3 : Sebelum mempelajari materi ini, saya sering kali dilema etika dalam pengambilan keputusan yang pada situasi yang sulit disekolah. Saya merasa apa yang sudah saya lakukan dan  putuskan itu sudah terbaik menurut saya dan terbaik  untuk orang lain pada lingkungan atau lini saya. Namun setelah mempelajari modul ini, justru Langkah-langkah yang pernah saya putuskan terdapat Langkah-langkah untuk dijadikan pertimbangan dalam pengujian dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil tidak dapat diterima pihak lain dan menjadikan hubungan pertemanan menjadi merenggang.

Jawaban no 4 : Saya banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru dalam menyikapi situasi dilema etika dimana dalam pengambilan keputusan saya lebih berfikir lagi dengan melihat dampak bagi orang lain konsekuensi yang akan timbul dengan keputusan tersebut. Keputusan yang saya ambil lebih dapat dipertanggungjawabkan dan di usahakan tidak merugikan orang lain sehingga saya tidak merasa terbebani dengan keputusan tersebut. Dalam pengambilan keputusan pun saya menerapkan tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan sehingga mendapatkan hasil keputusan yang terbaik bagi semua orang.

Jawaban no 5 : Saya kira  modul ini sangat penting untuk dipelajari dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat kita dihadapkan dengan situasi yang bertentangan dengan hati dan prinsip kita, maka cara yang terbaik untuk mengambil keputusan kita harus menerapkan prinsip, paradigma dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan ini. Dan dengan mempejarari dan menerapkan modul ini keputusan yang kita ambil akan tepat.

Jawaban no 6 : saya berharap bisa dan mampu menerapkan dan mempraktikkan materi yang saya pelajari di sekolah maupun masyarakat pada saat dihadapkan situasi dilema etika dan bujukan moral. Selain itu saya akan berusaha berbagi ilmu ini dengan teman disekolah.

Jawaban no 7 : Dalam menghadapi situasi dilemma dan bujukan moral kita harus bersikap tenang sebelum kita mengambil keptusan harus kita fikirkan dulu konsekuensinya akan berdampak baik atau buruk bagi orang lain

3.1.a.5. Ruang Kolaborasi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Bacalah kutipan di bawah ini dan tafsirkan maksudnya:

“Sumber berharga yang dimiliki semua guru adalah kesalingtergantungan satu dengan yang lain. Tanpa kolaborasi (kerja bersama), maka pertumbuhan diri kita dibatasi oleh pandangan diri kita masing-masing”

(The most valuable resource that all teachers have is each other. Without collaboration our growth is limited to our own perspectives)

Robert John Meehan

Pada kegiatan ini, Anda akan melakukan kerja kelompok dan presentasi hasil melalui web meeting. Anda diminta dapat kerja bersama (berkolaborasi), untuk mencapai tujuan bersama yaitu menjadi pemimpin pembelajaran yang bijaksana, cekatan dan mandiri di sekolah/lingkungan masing-masing dalam keterampilan pengambilan keputusan yang memiliki unsur dilema etika. 

Selanjutnya, unggah hasil kerja kelompok (dalam format presentasi) disini, sesuai dengan petunjuk pengiriman hasil yang telah disediakan.


3.1.a.4.3. Forum Diskusi - Eksplorasi Konsep

CGP akan mendalami materi melalui studi kasus dalam bentuk video. Para CGP masing-masing akan mendapatkan 1 video untuk dianalisis. Silahkan didiskusikan dengan pendamping dan fasilitator untuk memilih video yang akan dianalisis (catatan: pastikan semua video terwakili untuk dianalisis). Setiap CGP harus memberikan minimal dua komentar/tanggapan terhadap hasil analisis CGP lainnya. 

Studi Kasus 8

Ina adalah siswa kelas 11. Untuk merayakan kenaikan kelas ke kelas 12, Ina dan beberapa temannya akan berkumpul bersama di rumah temannya dan menonton film-film drama Korea dari salah satu laptop teman-temannya. Kebetulan di rumah temannya tersebut, orang tuanya akan pergi seminggu tugas ke luar kota, jadi Ina dan teman-temannya sangat bergembira bisa mendapatkan kesempatan untuk bersama di akhir tahun ajaran. Untuk membiayai ‘pesta kenaikan kelas kecil’ di rumah temannya tersebut, Ina dan teman-temannya sepakat untuk membayar 100,000,- setiap orang. Ina pun telah memberitahu ibunya bahwa dia akan menggunakan uang untuk perayaan kenaikan di rumah temannya. Namun ibunda Ina berubah pikiran karena merasa uang sebesar Rp. 100,000,- bisa digunakan untuk membayar buku-buku dan seragam Ina di kelas 12 nanti. Akhirnya ibunda Ina melarang Ina pergi dan meminta Ina untuk menggunakan uang untuk membeli seragam dan buku-buku sekolah yang diperlukan. Ina rupanya tetap ingin merayakan pesta kenaikan kelas di rumah temannya, ia pun telah menabung sekian bulan dari uang jajannya untuk bisa menyisihkan uang 100,000,-. Akhirnya malam itu Ina tetap pergi ke rumah temannya namun izin untuk bikin tugas kelompok kepada ibunda. Ina hanya memberitahu adiknya, Zahra bahwa dia sesungguhnya pergi ke rumah temannya dan menghabiskan uang 100,000,- untuk merayakan kenaikan kelas. Setelah sekian bulan, ibunda Ina tiba-tiba menanyakan ke Zahra, apakah dia mengetahui apakah kakaknya telah membayar uang sekolah. Apakah yang akan dikatakan Zahra, mengapa? Prinsip apa yang diambil?


Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:

1. Apa keputusan yang Anda ambil?

2. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

3. Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus Anda.

a. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
b. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?
c. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?
d. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

  • Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
  • Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
  • Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
  • Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
  • Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
e. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

f. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai

g. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

h. Apa keputusan yang akan Anda ambil?

j. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Selanjutnya, di bawah ini adalah beberapa pertanyaan pengayaan, CGP dapat memilih 2 (dua) dari 4 (empat) pertanyaan berikut untuk dijawab berdasarkan analisis studi kasus CGP diatas. 

  1. Dari kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, apakah ada langkah-langkah yang Anda anggap  lebih penting daripada langkah lainnya, mengapa?
  2. Selain kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, menurut Anda apa lagi yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dalam memastikan keputusannya adalah keputusan yang tepat?
  3. Bila Anda menerapkan 9 langkah tersebut, apakah dapat dipastikan bahwa keputusan yang Anda ambil akan bisa mengakomodasi semua pemangku kepentingan (stakeholder) sekolah? Mengapa?
  4. Menurut Anda, bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan budaya sekolah dalam pengambilan keputusan di dalam situasi dilema etika?
Jawab :

1. Keputusan yang saya ambil sebagai Zahra adalah mengatakan sejujurnya kepada Ibu, bahwa Ina belum membayar uang sekolah karena uang digunakan untuk mengikuti perayaan kenaikan kelas dirumah temannya.  
2. Prinsip mana yang  saya gunakan adalah berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking), sebab  dengan saya berkata jujur dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap diri saya pribadi dan pada diri Ina untuk memegang Amanah yang diberikan oleh orangtuanya. Dan jika Ina memang tetap ingin mengikuti acara perayaan kenaikan kelas untuk berkata jujur kepada orangtua dan memberikan pengertian kepada orangtuanya.
3. Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus Anda.
a) Nilai yang bertentangan ada kasus 8 adalah kebenaran lawan kasihan. Benar jika Ina mau mengikuti acara perayaan kenaikan kelas dan membayar 100,000 tetapi disisi lain Ina juga harus meminta ijin dan memberi pengertian kepada orangtuanya.

b) Yang terlibar dalam kasus ini adalah Zahra, Ina dan Orangtua Ina

c) Fakta-fakta yang relevan dengan kasus ini adalah Ina menggunakan uang 100,000 untuk membayar dan mengikuti perayaan kenaikan kelas XI ke Kelas XII, Ina tidak meminta ijin kepada orangtua, bahwa Ina menggunakan uang pembayaran sekolah sebesar 100,000 untuk membayar perayaan kenaikan kelas. 

d) Pengujian benardan salah

Tidak ada aspek hukum pada pada kasus 8 ini
Pada kasus ini tidakterdapat pelanggaran peraturan / kode etik profesi namun terdapat dilema etika  dimana tanggung jawab dan kejujuran di abaikan oleh Ina. Uang yang seharusnya untuk membayar sekolah digunakan untuk mengikuti perayaan kenaikan kelas.
Ya, uang yang seharusnya untuk membayar sekolah digunakan untuk mengikuti acara perayaan kenaikan kelas tanpa meminta ijin orangtua terlebih dahulu 
Jika keputusan ini dipublikasikan ke halaman koran saya akan merasa malu, tidak nyaman dan merasa bersalah tidak mematuhi perintah orangtua
Keputusan panutan/idola akan melakukan hal sama sepert yang saya lakukan adalah menggunakan uang tersebut untuk membayar kebutuhan sekolah. Dan saya akan mementingkan kebutuhan sekolah terlebih dahulu dari pada kepentingan kesenangan semata.
e) Kebenaran lawan kesetiaan, Jangka Panjang lawan Jangka Panjang

f) Berpikir berbasis rasa peduli

g) Kalau menerapkan investigasi Trilema seharusnya Ina meminta ijin Kembali ke orang tua dan memberikan alasan kenapa Ina harus mengikuti acaraperayaan tersebut 

h) Memberikan pengertian dan masukan kepada Ina untuk selalu bertanggung jawab dengan Amanah yang diberikan kepada orangtua dan selalu memegang kejujuran.

i) Bahwa dalam prinsip hidup kita harus selalu bersikap jujur, tanggungjawab, amanah termasuk dalam proses pengambilan keputusan maupun melaksanakan hasil keputusan.



Pertanyaan Pengayaan 

3. Belum tentu keputusan yang diambil melalui 9 langkah dapat mengakomodir semua pemangku kepentingan sekolah, karena masing-masing pemangku kepentingan  mempunyai sudut pandang yang berbeda. Menurut saya pribadi dalam menerapkan  9 langkah tersebut untuk pengambilan dan pengujian keputusan akan lebih mudah dan menghasilkan keputusan yang terbaik, namun hasil keputusan yang menurut saya baik belum tentu terbaik  untuk orang lain.

4. Menurut saya dalam pengambilan sebuah keputusan yang terkait dengan dilemma etika harus dipertimbangkan apa dampak keputusan yang harus dia.mbil baik bagi diri kita sendiri maupun warga sekolah. Dalam pengambilan keputusan masalah yang ada disekolah harus menjadi tolok ukur bagi semua warga sekolah sehingga menimbulkan kesadaran setiap individu disekolah untuk menerapkan nilai-nilai baik tersebut menjadi budaya disekolah. 


3.1.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Bacalah sebuah artikel mengenai konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.


Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada 4 studi kasus sebelumnya sebagai Contoh Studi kasus Ibu Tati.


Question #1
Bapak dan Ibu CGP,

Dalam proses pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, keterampilan yang telah Bapak Ibu pelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Hal-hal tersebut telah Bapak dan Ibu dapatkan di modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional.

Sekarang, mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus yang Anda pilih pada penugasan mandiri di pembelajaran 2.3 sebelumnya:
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Dalam kasus tersebut Ali mengalami beberapa masalah terkait Praktik Kerja Lapangan(PKL) yang dilakukannnya. kondisi Ali saat itu tidak punya kendaraan pribadi untuk berangkat PKL yag jaraknya jauh dari Rumah. Pada saat mendaftar PKL, Ali mendaftar dengan temannya yang bernama Gilang  supaya berangkat bisa memboncengnya. Namun saat diterima PKL Ali dan Gilang berbeda shift, sehingga Ali merasa kebingungan untuk berangkat PKLnya. Selain pemasalahan itu Ali juga merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas, dikarenakan tidak diberikan Contoh terlebih dahulu dalam menyelesaikan tugas tersebut. Dari permasalahan tersebut Ali ingin pindah dari tempat PKL. Tetapi sebelum memutuskan pindah Ali meminta saran dan masukan kepada Pak Eko untuk mengatasi Solusi yang dihadapi. Setelah itu Ali dan Pak eko diadakan choaching dengan model TIRTa. dari hasil Choaching Ali bisa mengambil langkah dengan menemuhi Pembimbing PKL terkait membahas penyelesaian PKL tersebut.

Nilai yang bertentangan dengan studi kasus tersebut adalah Pak Eko menggali atau mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Ali dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kondisi Ali mau pindah tempat PKL. Selain itu dalam coaching, coach mengidentifikasi apa saja yang sudah dilakukan dalam masalah yang dihadapi tanpa memberikan solusi kepada coachee. coach pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan coachee ahur mengambil langkah apa yang harus dilakukan. coach juga memberikan pendampingan kepada coachee dalam menyelesaikan masalah itu sampai tuntas dengan keputusan yang telah diambil Ali sebagai coachee.

Question #2
Langkah 2: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?

Ali (coachee), Pak Eko (coach), Gilang (Yang membantu Ali), Pembimbing PKL Ali

Question #3
Langkah 3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini 

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?

Ali ingin pindah tempat PKL dengan alasan tidak punya kendaraan pribadi dan tidak diberikan contoh dalam pengerjaan tugas yang diberikan
Pak Eko sebagai coach melakukan identifikasi masalah yang diadapi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait masalah tersebut sehingga Ali tidak jadi pindah tempat PKL dan masalah akan terselesaikan
Ali mengambil keputusan dengan menemui Pembimbing untuk membicarakan terkait masalah yang dihadapi dan meminta bantuan Gilang untuk membicarakannya.

Question #4
Langkah 4: Pengujian benar atau salah 

1. Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus  melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
3.Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini  mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.  Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar. 
4. Uji Halaman  Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika. 
5. Uji Panutan/Idola 
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda. 

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: 

  • Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. 
  • Uji halaman  depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir. 
  • Uji Panutan/Idola  berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain. 
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
  1. Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji lega)
  2. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
  3. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
  4. Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
  5. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Jawab :
  1. tidak, dalam pengambilan keputusan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Ali dengan menemui Pembibing PKL 
  2. jika Ali langsung mengambil keputusan Pindah tempat PKL maka akan melanggar kode etik atau aturan dalam pelaksanaan PKL, tetapi disini Ali akan melakukan komunikasi dulu dengan Pembimbing untuk jalan yang akan ditempuh jadi tidak melanggarkode etik 
  3. Saya kira Ali sudah mengungkapkan masalahnya dengan jujur, dan dia berusaha untuk menyelesaikannya, jadi apa yang Ali lakukan sudah benar
  4. Dari kasus itu jika di publikasikan saya kira  jangan dulu, karena akan mengganggu kenyamanan Ali dan Pemilik tempat PKL
  5. Jika saya mengalami masalah seperti Ali saya juga akan mengambil keputusan yang sama 
Question #5
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar 
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term) 
Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Dari kasus tersebut menurut saya paradigma yang terjadi adalah Rasa keadlina lawan wasa kasihan dan Jangka pendek lawan jangka panjang

Question #6
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi 

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Question #7
Langkah 7: Investigasi Opsi Trilema 

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Sebelum mengambil keputusan dilakukan coaching dengan model TIRTa dan melakukan diskusi bersama antara Ali(cachee) dan Pak Eko (coach).

Question #8
Langkah 8: Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Ali mengambil keputusan dengan menemui Pembimbing PKL dengan menjelaskan masalah yang dialaminya setelah melakukan coaching.

Question #9
Langkah 9: Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Setelah Ali mengambil keputusan,  saya kita Ali mengambilk keputusan dengan tanggung jawab tidak grusa-grusu dalam menyikapinya dan pengambilan keputusan itu didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. semoga dengan keputusan tersebut bisa menyelesaikan masalah yang dialami oleh Ali.

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Prinsip Pengambilan Keputusan

Prinsip Pengambilan Keputusan

Question #1

Setelah Anda melakukan wawancara, salinlah tautan rekaman wawancara Anda pada kolom dibawah ini dengan rincian:

  1. Studi kasus yang dipilih: Studi kasus 1/2/3/4
  2. Tautan rekaman wawancara yang diunggah ke google drive: ...
  3. Kasus 4
  4. https://drive.google.com/file/d/169swan8vk43AZKjLoBpBBhYA84XKTFHd/view?usp=sharing

Question #2

Pengambilan Keputusan seperti apa yang diajukan oleh rekan kerja Anda?

*) Pilih salah satu jawaban dari kemungkinan yang Anda bisa lakukan dalam studi kasus yang dipilih.

Question #3

Bila Anda berada dalam situasi di mana Anda adalah rekan dari guru yang ada di studi kasus 1/2/3/4, apakah yang akan Anda lakukan? Berbedakah jalan keluar Anda dengan rekan guru Anda?

Yang akan saya lakukan sama seperti yang beliau lakukan, saya harus bersikap tenang supaya tidak menambah emosi pak Anwar dan mengajak beliau bicara dengan hati hati supaya Pak Anwar tidak merasa tersinggung.

Question #4

Kira-kira rekan kerja Anda mengambil keputusan seperti yang diambil karena berlandaskan prinsip yang mana dari ketiga prinsip dilema etika? Kira-kira bagaimana prinsip Anda sendiri?

Berfikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Question #5

Dari ketiga prinsip dilema etika ini, apakah yang tidak terduga atau menarik dari ketiga prinsip ini?

Prinsip dilema etika serinng berbanding terbalik dengan perasaan dan sikap maupun karakter dari setiap individu. seperti pada kasus tersebut diatas, bahwa teman saya dalam menghadapi kondisi dan situasi tersebut harus bersikap tenang dan berfikir secara jernih supaya tidak terjadi kesalahpahaman  sehingga emosi Pak Anwar mereda dan membuat suasana nyaman dengan harapan dapat menemukan solusi bersama.

Question #6

Pertanyaan-pertanyaan apakah yang masih mengganjal atau ingin Anda ketahui lebih lanjut tentang 3 prinsip dilema etika?

Saya pribadi cenderung dalam mengambil keputusan sring menggunakan prinsip rasa peduli supaya tidak terjadi kesalahpahaman dengan sesama. Apakah apa yang saya lakukan ini sudah sesuai atau belum? apa mungkin ada aturan tertentu dalam menerapkan ke tiga prinsip dilema etika? Mohon pencerahnnya ! Terimakasih 

3.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Nilai-nilai Kebajikan Universal

Pengantar

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. 

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi. 

2.1 Nilai-nilai Kebajikan Universal

Di bawah ini ada beberapa contoh nilai-nilai kebajikan universal yang telah disepakati beberapa institusi:

1. IBO Primary Years Program (PYP)

Sikap Murid:

  • Toleransi
  • Rasa Hormat
  • Integritas
  • Mandiri
  • Menghargai
  • Antusias
  • Empati
  • Keingintahuan
  • Kreativitas
  • Kerja sama
  • Percaya Diri
  • Komitmen

2. Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF):

  • Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
  • Kemandirian dan Tanggung jawab
  • Kejujuran (Amanah), Diplomatis
  • Hormat dan Santun
  • Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
  • Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
  • Kepemimpinan dan Keadilan
  • Baik dan Rendah Hati
  • Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

3. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills)

Keterampilan Hidup

  • Dapat dipercaya
  • Lurus Hati
  • Pendengar yang Aktif
  • Tidak Merendahkan Orang Lain
  • Memberikan yang Terbaik dari Diri

Petunjuk Hidup

  • Peduli
  • Penalaran
  • Bekerja sama
  • Keberanian
  • Keingintahuan
  • Usaha
  • Keluwesan/Fleksibilitas
  • Berorganisasi
  • Kesabaran
  • Keteguhan hati
  • Kehormatan
  • Memiliki Rasa humor
  • Berinisiatif
  • Integritas
  • Pemecahan Masalah
  • Sumber pengetahuan
  • Tanggung jawab
  • Persahabatan

4. The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence, Michele Borba):

  • Empati
  • Suara Hati
  • Kontrol Diri
  • Rasa Hormat
  • Kebaikan
  • Toleransi
  • Keadilan

Tugas 2.1
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Setelah Anda membaca nilai-nilai kebajikan dari keempat institusi tadi, sekarang pilihlah salah satu yang menurut Anda paling menarik, bandingkan dengan nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip yang Anda miliki di sekolah Anda. Adakah suatu perbedaan atau persamaan? Kemudian pikirkan bagaimana nilai-nilai kebajikan yang Anda pilih dapat disampaikan dalam pengajaran atau kira-kira bagaimana program pendalaman terhadap nilai-nilai kebajikan tersebut dapat disampaikan kepada murid-murid di sekolah Anda?
Jawab :
Saya sangat tertarik dengan nilai-niai kebajikan keterampilan hidup dan petunjuk hidup, dengan nilai kita menguasai keterampilan hidup kita dapat belajar dari pengalaman - pengalaman yang telah kita dapatkan. Selain itu bisa dijadikan pelajaran berharga yang digunakan bagi murid sepanjang hidup mereka pada kondisi nyata di sekolah maupun dimasyarakat. Dengan pembiasaan pendidikan keterampilan hidup disekolah secara otomatis akan menumbuhkan daan menjadikan petunjuk hidup dalam menghadapi tantangan hidup dengan baik dan efektif.

2.2 Bujukan Moral dan Dilema Etika
Simaklah video tentang perbedaan antara dilema etika (ethical dilemma) dengan bujukan moral (moral temptation) berikut ini.

Tugas 2.2

Setelah mempelajari perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral, 

sekarang Anda diminta untuk membaca kembali kasus di sekolah Anda masing-masing yang telah Anda tulis di akhir pembelajaran Mulai dari Diri, kemudian buatlah analisis apakah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral dan sebutkan alasannya.

Jawab :

menurut saya, yang alami pada kasus Mulai dari diri adalah bujukan moral. Karena pada permaslahan tersebut saya merasa takut akan diri saya sendiri dalam mengambil keputusan dan saya lebih percaya dengan informasi yang belum tentu kebenarannya.

Video Dilema 1

Simaklah video dilema berikut dan jawablah pertanyaan yang menyertainya.

Pertanyaan :

Siapa yang menghadapi dilema?

Apakah dua kebenaran yang ada?

Adalah benar jika tokoh tersebut ... karena ... 

Tapi benar juga jika dia  ...  karena ...

Paradigma mana yang terjadi pada masing-masing dilema?

Dilema .... lawan ...

Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk cerita yang sama? Bila iya, yang manakah dan mengapa?

Jawab :

Yang mengadapi dilema adalah Pak Tono ; Dua kebenaran yang ada adalah benar jika Pak Tono memilih untuk pergi wawancara demi masa depan yang lebih baik , tapi benar juga jika Pak Tono meninggalkan wawancara untuk merawat orang tuanya yang sakit. Paradigma dilema etika yang dihadapi Pak Tono adalah jangka pendek lawan jangka Panjang.

Video dilema 2


Jawab : 
Yang menghadapi dilema adalah Bu Hani sebagai Perutas Pespurtakaan; Dua kebenaran yang ada adalah benar jika Made membayar uang densa , tapi benar juga jika Made diberikan pengecualian. Paradigma dilema etika yang dihadapi adalah keadilan dan rasa kasihan.

Video Dilema 3

Jawab :
Yang menghadapi dilema adalah Pak Budi; Dua kebenaran yang ada adalah benar jika Pak Budi jujur kepada kepala sekolah karena Pak Bambang melakukan les privat terhadap Bagas Kelas X , tapi benar juga jika Pak Bambang lagi butuh dana untuk biaya melahirkan istri. Paradigma dilema etika yang dihadapi adalah kebenaran lawan kesetiaan atau Keadilan lawan Kasihan.

Video Dilema 4

Jawab :
Yang menghadapi dilema adalah Siswa Laki-laki yang bermain bola; Dua kebenaran yang ada adalah benar Siswa tersebut bermain bola pada saat cuaca cera , tapi benar juga jika mereka harus memgikuti atau mengadakan bazar karena untuk biaya studi banding. Paradigma dilema etika yang dihadapi adalah kebenaran lawan kesetiaan atau jangka pendek vs jangka panjang.

2.3 Tigas Prinsip Pengambilan Keputusan
Tujuan Pembelajaran: 
CGP sebagai pemimpin pembelajaran dapat memahami dan memilih 1 dari 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika.


Pertanyaan Pemantik:
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).   

Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini: 

  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 
Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

3 Prinsip Dilema Etika
Silakan cermati video yang berisi penjelasan mengenai tiga prinsip pengambilan keputusan dengan unsur dilema etika ini. 


Apa pemahaman Anda dari video prinsip dilema etika di atas,  adakah sesuatu yang tidak terduga, atau adakah pertanyaan lanjutan yang masih ingin Anda pelajari selanjutnya pada sesi pendampingan fasilitator dan mentor?
Jawab :
bahwa 3 prinsip deontologis seperti prinsip berbasis rasa peduli, berbasis peraturan dan berbasis pengetahuan memiliki kelebihan dan mendapatkan kritik . tiga prinsip tersebut adalah penanganan dilema etika yang masing masing memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Tugas 2.3 (Wawancara)
Temuilah seorang rekan kerja Anda, dan tanyakan apakah rekan Anda tersebut bersedia memberikan pendapat mereka terhadap studi kasus di bawah ini. Anda diharapkan memilih satu kasus dari empat kasus yang disediakan.  Bila bersedia, rekamlah hasil wawancara Anda, bisa dalam bentuk video atau audio.
Studi Kasus 1:
Ibu Tati adalah guru kelas V yang merupakan rekan kerja Anda, yang mana sama-sama mengajar kelas V yang kelasnya paralel. Ruangan kelas ibu Tati pun persis di sebelah ruangan kelas Anda. Ibu Tati terkenal sangat disiplin dan cenderung ‘galak’. Pada sisi lain, ibu Tati juga pekerja keras dan murid-muridnya pun selalu mendapatkan nilai-nilai yang sangat baik. Sebagian murid-murid sangat takut kepada ibu Tati, dan sebagian lain bisa menyesuaikan diri. Kepala Sekolah Anda dan orang tua murid juga sangat menghargai ibu Tati. Suatu hari, Anda mendengar tangisan seorang murid dan pergi keluar untuk melihat asal suara tangisan tersebut. Anda melihat seorang murid perempuan, kelas V sedang berlutut di atas bebatuan sekolah yang sangat panas hari itu, menghadap di depan pintu kelas ibu Tati.  Anda melihat ibu Tati tampak tidak menghiraukan suara tangisan muridnya dan tetap mengajar seperti biasa, namun Anda bisa melihat bahwa beberapa murid di kelas ibu Tati mencoba untuk mencuri pandangan keluar kelas melihat temannya yang sedang menangis dan berlutut di terik matahari. Apa yang harus Anda lakukan? Apakah guru lain dapat menginterupsi di mana saat itu ada guru lain yang memiliki wewenang atas kelas yang dipimpinnya? Dalam kondisi ini apa yang bisa Anda lakukan? Dapatkah Anda menginterupsi, mengapa, dan bagaimana?

Studi Kasus 2:
Anda adalah Kepala Sekolah di SMA Tunas Gemilang.  Pak Doddy adalah seorang guru Matematika di sekolah yang Anda pimpin. Ia adalah guru yang kompeten dan memiliki semangat belajar yang tinggi.  Ia menguasai bidang yang diajarkan dan metode mengajarnya juga mudah dimengerti oleh murid-murid, namun ia memiliki beberapa masalah dalam pengendalian emosi dan pengelolaan waktu.  Beberapa kali  Anda mendapat keluhan baik dari murid-murid maupun orang tua murid bahwa Pak Doddy kerap marah-marah pada murid-muridnya ketika ia kecewa pada sikap atau kinerja mereka.  Anda telah menyampaikan keluhan-keluhan tersebut pada Pak Doddy dan membimbingnya untuk memperbaikinya. Pak Doddy juga kerap kali terlambat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya, seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat soal ujian, dan juga mengisi nilai raport siswa. Kejadian terakhir, Pak Doddy terbukti memanipulasi laporan keuangan kepanitiaan kegiatan study tour ke Yogya, dimana ia menjadi bendaharanya. Akhirnya di akhir tahun ajaran, Anda memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja Pak Doddy. 

Pak Doddy dapat menerima keputusan sekolah. Ia segera mencari pekerjaan baru dengan melamar ke beberapa sekolah. Pak Doddy juga secara personal meminta Anda untuk memberikan rekomendasi bila ada sekolah yang memintanya. Anda pun mengiyakannya. Pada suatu hari, Anda mendapat email dari bagian Sumber Daya Manusia/SDM, SMA Cahaya Hati yang meminta Anda mengisi lembar rekomendasi mengenai kinerja Pak Doddy sehubungan dengan lamaran Pak Doddy ke sekolah tersebut sebagai Koordinator Guru Matematika. Di formulir itu ada beberapa pertanyaan tentang pengendalian emosi, pengelolaan waktu, juga tentang integritas. 

Anda paham betul bahwa kalau Anda mengisi dengan sebenar-benarnya, Pak Doddy tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut. Padahal sekolah tersebut adalah sekolah yang baik dan posisi yang dituju adalah posisi yang baik. Anda juga tahu, sebagai kepala keluarga dengan istri yang tidak bekerja dan 3 anak yang masih kecil-kecil, Pak Doddy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Apa yang akan  Anda lakukan? Apakah Anda akan mengisi form tersebut dengan apa-adanya, atau akan anda buat sedikit lebih baik dari fakta yang terjadi? Apa yang akan menjadi pertimbangan ketika Anda melakukan itu?

Studi Kasus 3:
Anda adalah guru pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Karakter Mulia. 4 hari lagi  adalah hari pembagian raport Semester 1. Sebelumnya, semua guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Karakter Mulia di tahun ajaran ini.  

Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru.  Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai raport yang diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai raport atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid sekolah kita sampai kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai raport. Ia juga menyatakan bahwa salah satu target kerjanya di SMA karakter Mulia  adalah membuat 25% murid diterima di PTN dengan jalur raport. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai raport mereka harus dibuat bagus dan menunjukkan grafik peningkatan. 

Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan mereka, dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor.  Anda telah mengajar di sekolah ini selama lebih dari 5 tahun, dan selama ini Anda merasa diberi otoritas dan kepercayaan penuh dalam memberikan penilaian pada murid-murid Anda, selama ada bukti-bukti penilaian yang lengkap, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Anda merasa kredibilitas Anda diragukan dan integritas anda dipertanyakan.  Bila Anda meningkatkan  Apa yang akan anda lakukan dan atas dasar apa Anda melakukan itu?

Studi Kasus 4:
Pak Budiman merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Budiman dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai banyak murid. Suatu hari saat Pak Budiman sedang mengajar di jam pelajaran pertama di kelas 8A, tiba – tiba datang orang tua salah satu murid kelas 8A, Abdul,  di depan pintu kelas VIII. Bapak Anwar, ayah Abdul mengacungkan parang sambil berteriak dan memanggil – manggil Abdul agar segera pulang untuk ikut panen ikan di tambak. Sontak pak Budiman merasa kaget dan takut, demikian juga dengan murid–murid yang lainnya.  Abdul hanya bisa menangis ketakutan dan bersembunyi di pojok kelas sambil berteriak tidak mau pulang. Dalam situasi dan kondisi seperti itu apakah yang akan dilakukan Anda bila Anda berada di posisi pak Budiman ? (Kasus ini ditulis oleh salah satu CGP Angkatan 1, ditulis ulang oleh penulis modul dengan beberapa modifikasi)