Bacalah sebuah artikel mengenai konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.
Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada 4 studi kasus sebelumnya sebagai Contoh Studi kasus Ibu Tati.
Question #1
Bapak dan Ibu CGP,
Dalam proses pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, keterampilan yang telah Bapak Ibu pelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Hal-hal tersebut telah Bapak dan Ibu dapatkan di modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional.
Sekarang, mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus yang Anda pilih pada penugasan mandiri di pembelajaran 2.3 sebelumnya:
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Dalam kasus tersebut Ali mengalami beberapa masalah terkait Praktik Kerja Lapangan(PKL) yang dilakukannnya. kondisi Ali saat itu tidak punya kendaraan pribadi untuk berangkat PKL yag jaraknya jauh dari Rumah. Pada saat mendaftar PKL, Ali mendaftar dengan temannya yang bernama Gilang supaya berangkat bisa memboncengnya. Namun saat diterima PKL Ali dan Gilang berbeda shift, sehingga Ali merasa kebingungan untuk berangkat PKLnya. Selain pemasalahan itu Ali juga merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas, dikarenakan tidak diberikan Contoh terlebih dahulu dalam menyelesaikan tugas tersebut. Dari permasalahan tersebut Ali ingin pindah dari tempat PKL. Tetapi sebelum memutuskan pindah Ali meminta saran dan masukan kepada Pak Eko untuk mengatasi Solusi yang dihadapi. Setelah itu Ali dan Pak eko diadakan choaching dengan model TIRTa. dari hasil Choaching Ali bisa mengambil langkah dengan menemuhi Pembimbing PKL terkait membahas penyelesaian PKL tersebut.
Nilai yang bertentangan dengan studi kasus tersebut adalah Pak Eko menggali atau mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Ali dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kondisi Ali mau pindah tempat PKL. Selain itu dalam coaching, coach mengidentifikasi apa saja yang sudah dilakukan dalam masalah yang dihadapi tanpa memberikan solusi kepada coachee. coach pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan coachee ahur mengambil langkah apa yang harus dilakukan. coach juga memberikan pendampingan kepada coachee dalam menyelesaikan masalah itu sampai tuntas dengan keputusan yang telah diambil Ali sebagai coachee.
Question #2
Langkah 2: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
Ali (coachee), Pak Eko (coach), Gilang (Yang membantu Ali), Pembimbing PKL Ali
Question #3
Langkah 3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.
Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
Ali ingin pindah tempat PKL dengan alasan tidak punya kendaraan pribadi dan tidak diberikan contoh dalam pengerjaan tugas yang diberikan
Pak Eko sebagai coach melakukan identifikasi masalah yang diadapi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait masalah tersebut sehingga Ali tidak jadi pindah tempat PKL dan masalah akan terselesaikan
Ali mengambil keputusan dengan menemui Pembimbing untuk membicarakan terkait masalah yang dihadapi dan meminta bantuan Gilang untuk membicarakannya.
Question #4
Langkah 4: Pengujian benar atau salah
1. Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
3.Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
4. Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
5. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
- Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
- Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
- Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
- Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji lega)
- Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
- Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
- Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
- Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Jawab :
- tidak, dalam pengambilan keputusan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Ali dengan menemui Pembibing PKL
- jika Ali langsung mengambil keputusan Pindah tempat PKL maka akan melanggar kode etik atau aturan dalam pelaksanaan PKL, tetapi disini Ali akan melakukan komunikasi dulu dengan Pembimbing untuk jalan yang akan ditempuh jadi tidak melanggarkode etik
- Saya kira Ali sudah mengungkapkan masalahnya dengan jujur, dan dia berusaha untuk menyelesaikannya, jadi apa yang Ali lakukan sudah benar
- Dari kasus itu jika di publikasikan saya kira jangan dulu, karena akan mengganggu kenyamanan Ali dan Pemilik tempat PKL
- Jika saya mengalami masalah seperti Ali saya juga akan mengambil keputusan yang sama
Question #5
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Dari kasus tersebut menurut saya paradigma yang terjadi adalah Rasa keadlina lawan wasa kasihan dan Jangka pendek lawan jangka panjang
Question #6
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Question #7
Langkah 7: Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.
Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Sebelum mengambil keputusan dilakukan coaching dengan model TIRTa dan melakukan diskusi bersama antara Ali(cachee) dan Pak Eko (coach).
Question #8
Langkah 8: Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Ali mengambil keputusan dengan menemui Pembimbing PKL dengan menjelaskan masalah yang dialaminya setelah melakukan coaching.
Question #9
Langkah 9: Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Setelah Ali mengambil keputusan, saya kita Ali mengambilk keputusan dengan tanggung jawab tidak grusa-grusu dalam menyikapinya dan pengambilan keputusan itu didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. semoga dengan keputusan tersebut bisa menyelesaikan masalah yang dialami oleh Ali.